“Anakku…Tolong Lembata Jangan Ditambang”
Kota Baru, Lewoleba, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Rabu, 19 Maret 2008, sejak sekitar pukul 10.00 Witeng dipadati ribuan umat Katolik. Mereka datang dari berbagai pelosok Pulau Lembata untuk menyaksikan keanehan yang tampak dari rumah seorang warga Kota Baru, Damianus Wadan. Bagaimana tidak? Dari bola mata Patung Bunda Maria dari Fatima, milik Damianus Wadan, tiba-tiba mengalirkan carian merah bak air mata darah.
Warga yang rata-rata umat Katolik meyakini kalau yang menetes itu adalah air mata darah. Peristiwa yang terjadi menjelang hari raya Paskah, kebangkitan Yesus Kristus, tentu saja, mengundang perhatian khalayak Lembata.
Aneh tapi nyata. Mujizat di kediaman Damianus Wadan tersebut langsung menjadi buah bibir warga Kota Lewoleba.
Yang lebih menggemparkan lagi, Maria Fatima Hayon –istri Robert Wadan, adik dari Damianus Wadan, seolah kesurupan dan berkata, “Anakku…Tolong Lembata jangan ditambang”. Kalimat itu keluar dari ibu dua anak ini sebanyak tiga kali.
Setelah itu dia menambahkan, “Kalau ditambang nanti Lembata tengelam”. Pesan kedua ini diucap sebanyak tujuh kali berturut-turut lalu diakhiri dengan nyanyian ofos --sebuah lagu umat Katolik yang dinyanyikan untuk mengenang kisah sengsara Tuhan Yesus, sebanyak tujuh kali.
Demikian dikisahkan Maria Wadan, yang ketika itu setia mendampingi Maria Fatimah Hayon dalam peristiwa tersebut sambil menggendong anak Fatimah Hayon yang baru berusia dua bulan.
Ditambahkan, setelah menyaksikan peristiwa itu Maria Fatimah Hayon nampak seperti kerasukan. Sepanjang hari ini ia sama sekali tak merasa lapar. Bahkan, anaknya yang baru berusia dua bulan pun tidak disusui.
Nah, setelah bertemu dan menyampaikan pesan yang katanya diterima dari Bunda Maria, kepada Kadis Pertambangan dan Energi Kabupaten Lembata, Rafael Hadjon yang datang bersama anggota DPRD Kabupaten Lembata, Lusia Djebe, barulah Maria Fatima Hayon minta makan. Baginya, beban pesan dari Bunda Maria yang sejak pagi diterima dan dipikul terasa lega karena telah disebarkan. Apalagi, langsung kepada Kadis Pertambangan dan Energi bersama salah seorang wakil rakyat itu. Koq?
Seorang tokoh masyarakat Lewoleba ketika menyaksikan kejadian itu mengatakan pesan yang disampaikan Maria Fatima ini harus dihayati oleh masyarakat Lembata, khususnya Bupati Lembata, Drs. Andreas Duli Manuk bersama anggota DPRD Lembata. “Sebagai umat Katolik, harus dihayati secara serius. Apalagi, menjelang pesta Paskah. Ini harus dilihat sebagai peringatan,” ujarnya.
Kronologis peristiwa:
Sesungguhnya, tanda-tanda ajaib ini telah terjadi sejak Maria Fatima Hayon ini masih berada di Waibalun-Larantuka, sepekan silam. Tepatnya, hari Sabtu, 15 Maret 2008, istri Robert Wadan tersebut menerima bisikan dan menyuruhnya berangkat menuju ke sebuah tempat di kaki gunung Ile Mandiri.
Disana, ia bertemu dengan seorang perempuan paruh baya yang tak dikenal. Perempuan itu memberinya sebuah Rosario. Rosario itu memang sangat unik karena terdapat dua salib yang tergantung berbeda dengan Rosario lainnya sebagaimana yang dipegang dan dimiliki umat Katolik. Tiba-tiba perempuan itu menghilang. Ia pun merasa aneh, tanpa sadar seakan diarahkan untuk pulang ke rumahnya.
Sejak memegang Rosario itu, perasaan ibu dua anak ini selalu dihantui oleh bayang-bayang yang nampak berupa sinar putih lalu menghilang. Itu terjadi berulang-ulang. Karena merasa seakan dikejar-kejar, akhirnya Minggu, 16 Maret 2008, lalu ia memutuskan untuk datang ke Lewoleba menemui keluarga dan suaminya, Robert Wadan di Waikomo-Lewoleba. Ketika berada di pelabuhan laut Larantuka tiba-tiba ada bisikan yang mengatakan, “Pulang dan ambil bawa Rosario, kalau tidak kamu akan menuai bencana.”
Bisikan itu muncul karena Rosario yang dimaksud itu ditinggalkan didalam kamar rumahnya di Waibalun. Namun demikian, Maria Fatima melawan bisikan itu. Ia nekad berlayar ke Lewoleba, tanpa kembali mengambil Rosarionya. Nah, dalam perjalanan motor laut yang ditumpangi itu nyaris tenggelam.
Sejak tiba di Waikomo dan berkumpul bersama keluarga, sang ibu ini nampak masih terus dikejar-kejar oleh bisikan itu. Merasa tidak nyaman, Maria Fatima Hayon memutuskan untuk segera menemui Helena Witak --istri dari Damianus Wadan, kakak suaminya.
Kepada Helena, Maria Fatima mendesak untuk segera membeli patung arca Bunda Maria Fatima. Permintaan itu pun dipenuhi Helena pada Selasa (18/3). Ia membeli Patung Bunda Maria sesuai pesanan di Toko Titen, Waikomo.
Keesokannya, tepat pada hari Rabu (19/3) sekitar pukul 10.00 Wita, Maria Fatima melakukan doa kusuk di hadapan patung yang baru dibeli itu.
Ketika mengucapkan satu kali doa Bapa Kami dan 3 kali doa Salam Maria, tiba-tiba di mata patung tersebut mengalir air mata darah. Ketika itu juga muncul cahaya mengelilingi patung Bunda Maria itu. Karena ketakutan, ibu dua anak ini lari keluar kamar dan memanggil Helena Witak untuk menyampaikan apa yang dilihatnya. Dan, pada diri Maria Fatima laksana orang yang sedang kerasukan sambil menyanyikan lagu ofos. Di sela-sela nayian itu, keluarlah kata-kata; “Anakku…. Anakku…. Anakku…. Tolong Lembata jangan ditambang”.
Saat itu, Maria Wadan lari menemui Romo Hiro di Dekenat Lembata untuk menyampaikan peristiwa tersebut. Romo Hiro pun menuju ke tempat kejadian. Namun Romo Hiro hanya menatap polos tanpa komentar apa-apa.
Ceritera semakin berkembang luas. Tidak lama berselang rumah Damianus Wadan, Karyawan PLN Ranting Lewoleba, di Kota Baru Atas, Lewoleba dipadati ribuan umat yang bergegas menyaksikan peristiwa ajaib itu.
Lepas dari kontroversi dari peristiwa tersebut, ribuan umat Katolik di Lewoleba tetap membanjiri kediaman Damianus Wadan. Aparat kepolisian dari Polres Lembata pun ambil bagian untuk mengamankan situasi. Peziarah yang datang diatur masuk satu per satu ke kamar untuk menyampaikan ujud khusus di hadapan patung Bunda Maria Fatima yang meneteskan air mata darah tersebut.
Asal tahu saja, peristiwa ini merupakan yang kedua kalinya. Tahun lalu, persis pada masa Pra Paskah juga, terjadi penampakan di depan Gereja Katolik Wangatoa. Saat itu, muncul cahaya berupa salib muncul di pucuk pohon kelapa, yang disaksikan pernah kali oleh seorang bocah berusia delapan tahun.(laporan: petris/elias/san)
Selasa, 25 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar